Hello!
Welcome to my simple blog, i`m RNS. Thanks for visited my blog, don't forget to leave your footstep at my cbox. Do follow


Tagboard!

width="210"
My Post

Thanks Bear

Template 100%: Atin Tory
Editor:Rizqi Nurlaili Septia
Help:
Satu Jam Lebih Dekat
Selasa, 14 Juli 2015 | 10.52 | 0 comments

Selasa, 14 Juli 2014 :)
Entah harus bagaimana aku mengungkapkannya, terima kasih untuk waktu yang telah kau luangkan.
Bukan sekedar pertemuan biasa, menurutku sih. Ya gimana coba dari SMA baru kali ini kan bisa ngobrol lama banget padahal ya cuma sejaman tapi tapi tapi this is the REAL Quality Time :P
udah nepatin janji kan, semoga kadonya bermanfaat yaa :3
Gak tau kenapa ini adalah moment yang paling langka dan mmmmm setelah kejadian itu.....
Seklali lagi  terima kasih ya Sob :)

Kangen :)
Minggu, 21 Desember 2014 | 15.00 | 0 comments

Bapak Ibu, punapa panjenengan tasih minget rikala kula tasih alit? Rikala enjing kula dibopong, dipakpungi, didulang bubur, lan diajak mlampah-mlampah. Sonten inggih sami, didulang,dikeloni,dinyayiake nina bobo supados kula enggal bobok. Kula kangen sanget Pak Bu rikala kula alit. Wekdal menika kula dereng tepang napa-napa kejaba KATRESNANAN saking panjenengan :")) {{}}


Semua Tentang Kamu
Senin, 06 Oktober 2014 | 05.51 | 0 comments

Engkau sangat berarti....
Tanpamu mungkin aku tak ada disini
Tanpa pengorbananmu juga, mungkin aku tak ada ....
Ini bukan sekedar kata-kata, tapi ini fakta...
Maafkanlah aku bila selama ini
Lewat sebuah kenakalan yang mungkin aku buat saat itu
Tanpa sadar sering kali aku melihat engkau menangis
Aku tidak tahu engkau menangis karena apa...
Di setiap doamu yang kau panjatkan setiap hari
Aku tahu, terselip doa untuk aku sebagai anakmu...
Mendoakanku agar aku sukses kelak dewasa nanti
Bukan hanya sukses dunia, tetapi akhiratpun juga sukses
Terkadang aku sering menangis ketika ibuku menangis
Ibu berkeluh kesah kepada ayahku
Entah itu tentang sesuatu yang terjadi padaku atau yang lain
Tetapi setiap kali aku bertanya tentang hal itu... Ibu tersenyum...
Ibu bersikap tegar dan selalu saja memberikan senyuman
Walaupun aku tahu hati engkau berlawanan
Aku tahu Ibu, engkaulah segalanya bagiku
Tetaplah menjadi ibu yang selalu ada untukku Ibu...


Penulis : Rizqi Nurlaili Septia

Jangan pernah kita remehkan perjuangan orang tua kita, terutama Ibu :) Wanita tanpa mahkota di kepala, namun ada surga di bawah telapak kaki Ibu 


Jika Aku Harus Pergi
| 01.04 | 0 comments



Tuhan...
Jemari tanganku tak sanggup lagi
Menuliskan rangkaian kata setiap hari
Menorehkan sejuta pinta dalam sanubari
Melengkapi halaman buku dalam diary

Buku biru itu mengingatkanku
Ketulusan cinta yang membendung pelangi
Warna-warni indah menyatu dalam degradasi
Tapi,.. ada satu warna bergejolak di mata ini

Warna hitam...
Apakah ini pertanda aku akan pergi
Saat semua yang ku miliki
Tak sanggup lagi untukku nikmati...

Tuhan...
Jika aku harus pergi
Izinkan aku menuliskan tulisan kecil ini
Tulisan dengan tinta hitam terakhirku
Ku selipkan di halaman terakhir perjalanan hidupku
Penulis :  Rizqi Nurlaili Septia

Antara Titik dan Koma
| 00.57 | 0 comments



Sebulan yang lalu, Bintang kehilangan seorang yang sangat ia cintai. Ya, dia kehilangan seorang ayah yang telah mendampingi hidupnya sampai besar ini. Ayahnya meninggalkan Bintang dan ibunya bersama ke dua adiknya yang masih kecil. Bintang memang terlahir dari keluarga yang sederhana, atau bahkan sangat sederhana. Kehidupannya bertumpu pada pekerjaan sang ayah, namun harapan masa depan pun sirna seketika ayahnya meninggal dunia.
Ibunya mulai mencari pekerjaan untuk menghidupi Bintang dan adik-adiknya. Bintang sekarang masih duduk di bangku sekolah dasar. Bagi dia, kebahagiaan bukanlah tentang bagaimana dia menghabiskan waktu bermain bersama teman-temannya, tapi tentang bagaimana dia bisa membantu  Ibunya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bintang pernah bicara kepada gurunya, “ Bu, Bintang boleh membantu ibu di rumah untuk bersih-bersih rumah, merawat tanaman, atau bahkan menjadi pengumpul sampah di tempat Ibu?”. Ibu guru pun terharu mendengar pertanyaan bocah kecil itu. Bu guru tak bisa membiarkan muridnya yang masih kecil itu harus bekerja untuk membantu ibunya. Sekarang ibunya hanya bekerja sebagai pedagang sayur yang penghasilannya pas-pasan.
Suatu hari, Bintang tidak bersekolah karena dia belum membayar uang SPP selama tiga bulan. Bintang sedih karena mengapa di sekolah dasar masih saja membayar uang SPP. Meskipun dia masih kecil, dia pernah diberi tahu ayahnya kalau di Indonesia wajib belajar 9 tahun, dan itu sama sekali tidak dipungut biaya. Tapi kenyataannya masih ada yang membebani pemungutan biaya SPP di sekolah dasar.  Bintangpun sekarang berhenti sekolah dan dia justru membantu ibunya berjualan di pasar.
            Setiap pagi dia berangkat jam lima setelah shalat subuh bersama ibunya dan kedua adiknya membawa sayur-mayur yang masih segar untuk siap dijual. Bintang tak pernah mengeluh apa yang dia lakukan saat ini.
“Sayur.. sayur,... sayur...” suara Bintang terdengar lantang di kerumunan orang pasar. Setiap hari dia seperti itu, adiknya terlihat sedang bermain di bawah meja tempat sayuran dijual. Sedangkan ibunya menggendong adiknya yang masih bayi berusia tiga bulan.
Setiap orang yang melihat Bintang berdiri di depan meja itu merasa terharu dan iba. Bocah yang diusianya masih terbilang belia dan kecil untuk bekerja,seharusnya yang ia lakukan adalah belajar di sekolah. Namun, Bintang harus menerima kenyataan pahit itu.  Dia mempunyai mimpi yang besar untuk menjadi orang yang sukses agar dapat membahagiakan ibunya dan kedua adiknya.
Suatu hari, dia sedang berjalan ke arah kantor pos. Dia menulis surat yang akan dikirim buat ayahnya, maklumlah dia masih kecil masih lugu pula. Dia rindu kepada sang ayah,dan ketika dia menyebrang, “bruk” dia terjatuh karena ada sepeda motor yang menabrak Bintang. Namun, sang penabrak langsung lari tanpa meninggalkan jejak dan sebuah pertanggungjawaban. Bintang pun langsung dibawa oleh bebarapa orang yang ada di tempat kejadian perkara itu. Salah satunya Pak Budi yang mengantarkan Bintang ke rumah sakit. Bintang masih menggenggam erat surat yang dituliskannya untuk ayah tercinta. Pak Budi mengambil surat itu dan tak sengaja terbaca olehnya. Seketika Pak Budi meneteskan air mata membaca dan melihat isi surat yang ditulis Bintang. Tanpa berpikir panjang surat itu langsung disimpan oleh Pak Budi.
Ibunya langsung ditelpon oleh Pak Budi dan segera menemui anaknya di rumah sakit. Dengan perasaan yang khawatir dan harus bagaimana dia melihat anak sulungnya yang bernasib malang tersebut. Bintang sekarang terkapar di rumah sakit, dan dia belum mendapat penanganan dari pihak rumah sakit karena tidak ada yang sanggup untuk menanggung biaya rumah sakit, terlagi Pak Budi yang tadi mengantarkan Bintang karena Pak Budi orang yang tidak punya harta lebih.
Namun, tiba-tiba datanglah seorang dokter muda menuju ruangan tempat Bintang dibiarkan begitu saja. Dokter muda itu bernama Felix. Dokter langsung mengambil alih si Bintang yang kemudian langsung dibawa ke ruang ICU. Tapi, kondisi Bintang sangat mengenaskan karena selama 1 jam belum ada penanganan dari pihak rumah sakit. Sebagai dokter, dokter Felix merasa kecewa mengapa tidak ada yang memberi tahu kalau ada pasien orang miskin yang terkapar di rumah sakit tersebut. Dokter Felix terkenal dengan orang yang dermawan, dia tak pernah memandang sebelah mata pasiennya.
Ibunya dan Pak Budi sejenak lega karena akhirnya si Bintang mendapat penanganan dari dokter Felix. Ibunya berterima kasih kepada Pak Budi dan dokter Felix. Sekarang keadaan Bintang masih dalam kondisi koma, karena terlambat dalam penanganan. Bintang hanya tertidur lemas di atas kasur serba putih itu. Dan sekarang biaya rumah sakit sedikit demi sedikit sudah dicicil oleh ibunya dengan bantuan dokter Felix tersebut.
Semakin hari, kondisi Bintang justru semakin memburuk. Terjadi kebocoran dalam jantungnya dan patahnya tulang sumsum belakang karena terbanting saat terjatuh beberapa hari yang lalu. Dia yang masih kecil seperti itu harus menanggung beban hidup yang seperti ini. Setiap hari hanya bisa terbaring lemas di kasur dan ditemani oleh infus. Semakin dia berlama-lama di rumah sakit, semakin besar pula tanggungan biaya yang harus dibayar. Sang ibu telah pasrah atas apa yang terjadi dengan anaknya tersebut.
Berada diantara titik dan koma, apakah Bintang bisa melanjutkan perjalanan hidupnya sementara ini Bintang belum sadar juga dari kecelakaan itu. Ibunya selalu berdoa agar diberi yang terbaik untuk Bintang. Tak sadarkan diri, namun masih ada harapan untuk hidup atau benar-benar sudah menjadi titik akhir dari perjalanan hidup seorang Bintang. Semua sudah diserahkan kepada Allah, nasib malang anak sulung itu. Sebagai seorang ibu, hanya ingin melihat kesembuhan dan kebahagiaan anaknya. Namun, Tuhan berkehendak lain. Tepat di hari ulang tahunnya Bintang, dia menghembuskan nafas terakhir. Mungkin dia sudah terlalu lelah menanggung semua beban yang ada pada dirinya.
Bintang telah meninggalkan ibunya dan kedua adiknya. Dan setelah usai pemakaman Bintang, Pak Budi menemui Ibunya untuk memberikan surat yang ditulis Bintang sebelum dia kecelakaan. Surat yang berisi bahwa Bintang sebenarnya ingin menyusul ayahnya, tapi sebelum Bintang menyusul ayahnya dia harus bisa membantu ibunya dan menjadi Bintang kesayangan ayah ibunya. Kemudian ibunya hanya mengelus dada sambil menahan rasa tangis akan  kehilangan anak kesayangannya. Selamat jalan Bintang, sampaikan salam rindu ibu untuk ayahmu, suatu hari nanti kita pasti akan bertemu kembali. 



Penulis :
Rizqi Nurlaili Septia



Semoga kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari cerita tersebut. Aamiin :)

#latepost Sasa's Birthday Party
Selasa, 24 Desember 2013 | 08.26 | 0 comments

With Riri Filda Ayak <3

Apa ini.. #LOL

With Billy 

My Super Family <3 <3

With Ariik

Love yaa 

With AL-KAUTSAR yeeaah <3


Villa Merapi #latepost
Senin, 14 Oktober 2013 | 22.45 | 0 comments









Older Post